Bisa Apa Kita Tanpa Cinta?
Oleh : Najih Muhammadiy Festival Reyog Nasional XXII tahun 2015 telah usai, kami ucapkan selamat kepada peraih piala bergilir presiden ...
http://reyogindonesia.blogspot.com/2015/10/bisa-apa-kita-tanpa-cinta.html
Oleh : Najih Muhammadiy
Festival Reyog Nasional XXII tahun 2015 telah usai, kami ucapkan selamat kepada peraih piala bergilir presiden kali ini; Reyog Pemkab Lamandau, Kalimantan Tengah. Kami juga mengucapkan selamat kepada Kabupaten Ponorogo yang setidaknya berhasil meningkatkan tampilan penyelenggaraan Festival Reyog Nasional lebih baik daripada sebelumnya.
Grebeg Suro tahun ini juga terlihat lebih semarak dengan bertambahnya item-item acara diberbagai tempat hingga 30 item acara (lomba, pameran, dan pawai) selama total kurang lebih dua minggu. Sungguh, Ponorogo ini mempunyai potensi amat besar untuk berkembang.
Meskipun pada penyelenggaraan kali ini ada beberapa grup reyog mengundurkan diri, tapi masyarakat Ponorogo benar-benar disuguhi pementasan reyog yang sangat mahal selama lima hari pelaksanaan FRN XXII. Tentu saja hal ini sangat menyenangkan bagi kita semua. Apalagi bagi kami untuk ketiga kali secara beruntun masih senantiasa semangat turut berpartisipasi.
Lebih membahagiakan lagi bagi kami, karena tahun ini kedatangan teman-teman baru sesama pemuda perantauan; Reyog Konssen Malang yang mengikuti festival, serta Pramudya Bakti Budaya Surabaya yang baru tampil pada eksebisi penutupan Grebeg Suro 2015. Selain itu, senang juga akhirnya bisa tampil se-jadwal dengan saudara tua PSRM Sardulo Anurogo UNEJ, notabene adalah grup reyog mahasiswa tertua yang masih eksis.
Adalah sebuah kebanggaan bagi masyarakat Ponorogo, memiliki generasi muda penuh semangat dalam usaha pelestarian seni budaya daerah meskipun sedang jauh dari rumah. Semoga kawan-kawan pelajar Ponorogo di kota besar lain segera menyusul di tahun-tahun mendatang.
Bagi kami, Reyog Manggolo Mudho Pawargo Yogyakarta, Festival Reyog Nasional (FRN) selalu menjadi sebuah awal. Awal untuk menyatukan semangat.
FRN juga selalu kami jadikan sebuah alat pendidikan. FRN mendidik kami untuk berani menjadi diri sendiri, FRN mendidik kami untuk mandiri, FRN mendidik kami untuk saling menghargai antar sesama anggota Manggolo Mudho, serta mendidik kami untuk lebih menghargai mahalnya sebuah kebersamaan.
Kami mungkin berani maju ke ajang besar ini hanya karena cinta. Kami saling mencintai satu sama lain. Serta tentu saja, kami mencintai Ponorogo sebab akan sangat sombong rasanya bila meskipun sudah puluhan kali pentas di luar kota, tapi untuk sowan pada ibu pertiwi saja tak mau.
Tak pelak, yang kemudian tetap menjaga kami tetap satu hanyalah cinta pula. Kecintaan kami terhadap Manggolo Mudho secara khusus, dan kecintaan kami terhadap Reyog dan Ponorogo secara umum, akan terus menjadi avtur (bukan sekedar bensin apalagi solar) untuk kembali memacu mesin jet kami untuk terus berkarya di masa mendatang. Cinta pula akan terus menjadikan Manggolo Mudho tempat menyenangkan untuk berproses, berpikir, berdiskusi (ditambah bumbu rasan-rasan :D ), dan menginovasi yang lama menjadi hal-hal baru.
Terakhir, ya HANYA CINTA tetap menjaga hati kami tetap gembira, menjaga akal kami terus berpikir positif, dan mungkin juga polos.
Terimakasih kepada seluruh keluarga besar Manggolo Mudho yang pada FRN tahun ini mencapai jumlah 70 orang. Terimakasih kami haturkan kepada bapak-ibu Pawargo Yogyakarta yang senantiasa memberi dukungan moril dan materil kepada kami. Terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kelancaran Manggolo Mudho dalam partisipasi kami di FRN XXII 2015 ini. Salam budaya! Terus berkarya
Selamat
ReplyDelete